Rabu, 30 November 2011

SEJARAH BERDIRINYA RADIO KOMUNITAS PENDIDIKAN "EC FM" 107.70 MHz.



SEBUAH PERJUANGAN MENGEJAR HARAPAN SEDERHANA

      Tiga tahun mungkin bukan waktu yang lama bagi sementara orang, namun bagi aktivis Radio Komunitas Pendidikan EC FM Bawang - Batang, meruipakan jalan panjang yang berliku dan terjal, hanya untuk menggapai sebuah harapan sederhana, untuk medirikan sebuah radio komunitas yang dapat menjembatani informasi dan sebagai sarana pendidikan masyarakat dalam arti luas. Hambatan dan tantangan tidak dirasakan lagi, sehingga yang ada hanyalah optimisme dan idealisme yang dilandasi dengan keikhlasan hati, kembali untuk sebuah harapan sederhana, mendirikan stasiun Radio Komunitas Pendidikan, karena 90% seorang pendidik.
       Hambatan pertama adalah bidang teknik, karena memang keterbatasan pengetahuan dari kalangan pendiri. Meskipun ada salah satu pendiri yang sedikit menguasai bidang elektronika, namun karena bukan bidang kerjanya sehingga pembuatan perangkat pemancar di tahap awal menemui kegagalan (jarak pancar dekat). Berbagai informasi dicari dan digali dari berbagai sumber untuk referensi guna membuat perangkat pemancar yang memadai, namun apa daya lagi-lagi terbentur pada masalah biaya (karena memang komponen pemancar bisa dibilang mahal untuk ukuran kami).
       Tiga kali kami mengalami pergantian pemancar berikut antenanya. Pertama kali masih menggunakan oscilator TX 5 Watt type colpit. Kemudian yang kedua sudah agak lumayan, karena kami mendapatkan bantuan dari teman eks-SMP dulu yang kebetulan bergelut dibidang reparasi elektronika. Dengan daya pancar sekitar 25 watts, tentu sudah agak menggembirakan, namun baru beberapa bulan uji coba, (katanya) kena petir. Ya Allah, memang sebuahb perjuangan mungkin banyak mendapatkan rintangan atau mungkin ujian, sehingga kalau tidak kuat, pasti kami sudah putus asa dan menanggalkan cita-cita ataupun harapan sederhana kami. Atau mungkin harus menguburnya dalam-dalam, agar tidak teringat lagi akan radio komunitas.
        Saya teringat betul apa kata salah satu teman saya (salah satu pendiri) yang mengatakan bahwa saya adalah harapan satu-satunya. Katanya kemudian, kalau saya putus asa, diapun tidak bisa berbuat banyak. Habislah semua. Namun, seperti halnya cerita di film-film, di saat-saat kritis, ada saja sebuah pertolongan yang tidak disangka-sangka. Pastinya karena kebesaran Allah Swt. sehingga saat-saat mati suri kami bisa menggeliat lagi dan bernafas sedikit demi sedikit. Ibarat orang baru sakit dan sudah kritis, saat ini sudah mulai dapat berjalan walau tertatih-tatih. Makanpun sudah mulai terasa agak enak, walau hanya sebatas bubur untuk sekedar menelan obat. ( Mengenaskan yaa..? ).

============================= to be continued ==============================