Jika kamu ingin hidup kamu berubah gak datar
kayak telor dadar, hadapin segala masalah kegagalan dengan bijaksana, jangan
takut melakukan hal-hal baru, rencanakan semuanya dengan sungguh-sungguh,
perkiraan masalah yang akan muncul, perkirakan juga solusi untuk menhadapi
masalah tersebut, walaupun rencana yang telah kita buat dengan sungguh-sungguh
terkadang sering meleset, dan menimbulkan masalah di luar perkiraan kita,
inilah yang namanya teka-teki hidup, yakin kan diri kamu bahwa kamu punya
jawabannya. (Vibizlife-Achievements) Bakat terpendamnya sebagai marketing telah
terpupuk dari kecil.
Hal inilah yang
menjadikan Hasim Halim, Director Consumer Corporate Marketing PT Asuransi Raksa Pratikara sukses menekuni dunia marketing yang sebenarnya. Padahal
cita-cita masa mudanya ingin menjadi pengacara. Bagaimana Hasim bisa memutuskan
berbelok arah?
Merintis karir di
dunia marketing bukanlah hal yang mudah. Apalagi hal ini berkenaan dengan dunia
asuransi. Ditambah lagi, ilmu tentang dunia asuransi tidak dikuasai sama
sekali. Hal inilah yang terjadi pada Hasim Halim, yang saat ini menjabat
sebagai Director Consumer Corporate Marketing PT Asuransi Raksa Pratikara.
Asuransi Raksa
Pratikara merupakan kelanjutan dari Asuransi Artapala yang didirikan sejak
tahun 1975. Asuransi Raksa Pratikara merupakan salah satu dari sepuluh
perusahaan asuransi terbesar di Indonesia dalam hal penghasilan premi bruto dan
merupakan lima besar dalam perolehan premi bruto kendaraan bermotor.
Hasim Halim menjalankan
pekerjaan di dunia asuransi dengan berbekal kemauan keras. Berkat kerja
kerasnya, ia pun berhasil ikut mengharumkan nama PT Asuransi Raksa Pratikara.
Beberapa penghargaan
berhasil diraih Hasim bersama perusahaannya. Tahun 2007, perusahaan ini pernah
meraih Asuransi Umum Beraset 250 milyar-1 triliun dari Majalah Investor.
Kemudian di tahun 2009 dalam acara Media Asuransi Award meraih 2nd Winner Best
Insurance untuk kategori Peringkat Perusahaan Asuransi Umum dengan modal
sendiri Rp 100-250 miliar.
Sarjana Hukum yang
berbelok arah
Lulus SMU, Hasim
tertarik untuk mendalami ilmu hukum, karena cita-citanya yang ingin menjadi
seorang pengacara. Pada tahun 1988, ia lalu mengambil kuliah jurusan hukum di
Universitas Tarumanegara. " Makanya orang bilang, manusia berencana,
tetapi Tuhan yang menentukan. Itulah saya." Katanya sambil tertawa.
Sebelum lulus
kuliah, Hasim tertarik untuk magang di PT Asuransi Artapala. Motivasinya ketika
itu hanyalah untuk meringankan beban keuangan orangtuanya. "Saya sudah dikuliahkan,
karena itu saya ingin sedikit meringankan beban orangtua saya. "
terangnya.
Ketika itu, ia
bertindak sebagai part time operator telex. Hasim bekerja sejak jam 3 sore
hingga malam. Disana , ia banyak berhubungan dengan pihak luar negeri. Karena itulah,
jam malam lebih sibuk daripada ketika siang hari, lantaran perbedaan waktu
dengan negara di luar Indonesia. Hasim mengaku awalnya hanya coba-coba di dunia
asuransi. Lama-kelamaan, ia merasa enjoy bekerja di dunia tersebut.
"Asuransi itu memang general. Semua disiplin ilmu masuk. Dulu saya juga
tidak pernah terpikir harus ambil jurusan special insurance kalau di
asuransi." Tuturnya.
Karena sudah enjoy
di bidang tersebut, maka lulus kuliah, cita-citanya pun terlupakan. Hasim telah
merasa nyaman berada di lingkungan yang telah membesarkan karirnya.
Setelah menjadi part
time operator telex, tahun 1988 ia menjadi Asisten Claim Manager di perusahaan
tersebut.
Tahun 1994, ia
memutuskan untuk mengambil kursus asuransi untuk memperkaya pengetahuannya.
Maka Hasim ikut kursus Insurance Management GIO Reinsurance di Australia.
Karirnya pun terus
berkembang. Ia lalu menjabat sebagai Marketing Manager tahun 1995-1997. Dan di
tahun 1997-1998, ia menjabat sebagai Senior Claim Manager. Tahun 1999, ia
dipercaya menjadi Director Consumer Marketing. Dan di tahun 2010 ini, Hasim
kembali dipercaya untuk menjadi Director Consumer Corporate Marketing.
"Sebagai prajurit, kita kan harus siap ditempatkan dimana saja." Kata
anak ketujuh dari 10 bersaudara ini.
Bersama Asuransi
Raksa Pratikara, ia tumbuh dan berkembang. Tahun kemarin, Hasim cukup bernapas
lega, karena perusahaannya berhasil mengalami pertumbuhan sebanyak 10%.
"Awal 2009, kita memasuki periode sulit. Karena tidak tahu apakah
perusahaan ini tambah jatuh atau bisa bangkit. Ternyata kita bisa tumbuh
10%." Ujarnya.
Jadi marketing sejak
SD
Hasim tumbuh dari
keluarga sederhana. Kedua orangtuanya memiliki usaha tekstil. Keluarganya yang
sederhana memiliki prinsip untuk memberikan warisan dalam bentuk ilmu.
"kata ayah ibu saya, ilmu itu tidak akan habis. Itulah yang saya ingat
sampai sekarang." Kata pria yang hobi olahraga tersebut. Sejak duduk di
bangku SD, ia pun rajin membantu orangtuanya menjaga toko. Ketika liburan
panjang datang, bukan rekreasi yang didapatnya, melainkan membantu ayah ibunya
di toko tekstil.
Keharusan untuk
berjualan menjadikan jiwa marketingnya mulai muncul. Hasim kecil mulai terbiasa
dengan sopan menyapa pelanggannya. Mengambilkan apa yang diinginkan oleh
pelanggan, agar mereka mau mengunjungi tokonya kembali.
Di mata keluarga,
Hasim termasuk orang biasa-biasa saja. Ia jarang bermain dengan teman-temannya.
Hasim lebih memilih untuk menjadi anak rumahan. Jujur dan mau belajar
Dua puluh empat
tahun berkecimpung di dunia asuransi bukanlah hal yang mudah. Hasim telah
melewati pahit getirnya menjadi karyawan. Karena itu, ketika menjadi pemimpin,
ia tetap menyukai pekerjaan dengan produktivitas kerja yang tinggi. Kepada anak
buah, ia selalu mengutamakan diskusi. Saling melengkapi, begitu ia biasa mengatakannya.
"Yang kita jual dalam asuransi itu sebetulnya hanyalah trust. Bagaimana
agar klien itu mau percaya pada produk kita. Karena itu, tidak bisa bekerja
sendirian." Katanya. Sebagai seorang pimpinan, banyak orang lupa diri,
bahkan menjadi sombong. Mengenai hal tersebut, Hasim berpendapat bahwa seorang
pemimpin tidak boleh sombong. "Kalau sombong, bagaimana nantinya bisa
memberikan apresiasi ke karyawannya." Terang pria kelahiran Jakarta, 7
April 1962 tersebut. Dan untuk anda yang ingin berkecimpung dalam dunia
asuransi, kuncinya menurut Hasim hanyalah jujur, dan ada kemauan untuk belajar,
karena dari belajar bisa memunculkan kreasi baru.
Ditanya arti sukses,
Hasim memiliki pakem sendiri. Menurutnya kesuksesan akan muncul ketika dirinya
sudah bisa memberikan yang terbaik kepada perusahaan dan keluarga. "Ketika
saya sudah tua, harapan saya, anak-anak nantinya gantian untuk memberikan
kontribusi." Harapnya.
Nah, untuk anda yang
masih ragu-ragu dalam bekerja, banyaklah belajar seperti Hasim. Karena dari belajar,
akan memperkaya pengalaman dan pengetahuan dalam bidang apapun yang anda
geluti.
Semua orang pasti
pernah mengalami kegagalan. Baik itu kegagalan di dalam perdagangan, kegagalan
dalam pernikahan, kegagalan dalam kuliah, kegagalan dalam pekerjaan dan lain
sebagainya. Bahkan orang-orang besar yang terlihat bergelimang kesuksesan
sekalipun pasti pernah mengalami kegagalan di dalam hidup mereka. Douglas
McArthur mengatakan, "There is no security in this earth, there is only
opportunity". Dari perkataan ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada sesuatu
hal yang pasti akan terjadi di dunia ini. Tidak ada jaminan bahwa pekerjaan
kita akan sukses. Tidak ada jaminan bahwa mobil kita tidak akan mogok ketika
akan digunakan besok. Tidak ada jaminan bahwa sakit yang kita alami akan segera
sembuh. Bahkan tidak ada satu orang pun yang dapat menjamin bahwa umur mereka
akan lebih dari 1 jam lagi. Thomas Alfa Edison, seorang penemu besar yang telah
mematenkan ribuan jenis hasil temuannya juga sering mengalami kegagalan. Pada
saat Edison mencoba untuk menemukan lampu pijar, ia mengalami ribuan kali
kegagalan dalam mencari bahan dasar kawat pijar yang dapat digunakan. Tetapi
kegagalan-kegagalan ini tidak memupuskan semangatnya untuk terus mencoba meraih
apa yang ia harapkan. Oleh karena itu, kita hanya dapat memanfaatkan
peluang-peluang yang tersebar luas di dunia ini. Apa pun peluang yang ingin
kita ambil, kita harus dapat memanfaatkan peluang tersebut dengan maksimal.
Janganlah kita menyia-nyiakan kesempatan yang telah kita pilih untuk
dilaksanakan. Tetapi ada beberapa kesempatan yang hanya datang sekali
menghampiri kita. Seperti kesempatan untuk membesarkan dan mendidik anak dengan
baik. Dalam menghadapi kesempatan semacam ini, kita haruslah bertindak maksimal
dengan penuh perhitungan. Karena apabila kita gagal dalam menjalaninya, maka
kita tidak akan pernah dapat memperbaiki kegagalan tersebut. Kegagalan seperti
inilah yang akan membuahkan penyesalan diri berlarut-larut, karena tidak ada
jalan keluar untuk memperbaiki kegagalan yang telah kita perbuat. Sehingga
kegagalan ini akan terus menghantui hidup kita dan kita akan terus merasakan
dampak dari kegagalan ini.
Penyebab Kegagalan
Jika kita menelusuri
penyebab kegagalan, maka kita dapat menggolongkan penyebab tersebut dalam dua
golongan besar, yakni kegagalan karena faktor internal dan kegagalan karena
faktor eksternal. Kegagalan karena faktor internal adalah kegagalan yang
berasal dari dalam diri kita sendiri. Banyak hal yang dapat menjadi penyebab
kegagalan ini, seperti kurang perhitungan pada saat awal melangkah, kurang
hati-hati dalam melakukan sesuatu, atau karena menganggap remeh suatu pekerjaan
tertentu. Tetapi penyebab internal yang paling sering terjadi adalah rasa takut
untuk mencoba atau memulai sesuatu kesempatan. Dengan menghindari peluang atau
kesempatan bukan berarti kita telah terlepas dari kemungkinan kegagalan yang
mungkin kita hadapi, akan tetapi kita justru telah menetapkan kegagalan
tersebut sebagai pilihan kita. Kegagalan internal ini akan mengakibatkan
seseorang mengalami penyesalan dan kekecewaan mendalam. Seseorang yang gagal
dan mengetahui bahwa kegagalan yang ia alami adalah buah dari kelalaian dirinya
sendiri, akan merasa sangat menyesal atas kegagalan yang ia hadapi. Sementara
kegagalan yang diakibatkan oleh faktor-faktor luar, misalnya gangguan orang
lain, kemampuan orang lain yang lebih baik dari kemampuan kita, kecurangan
orang lain, atau nasib yang telah ditetapkan oleh Tuhan kepada kita. Biasanya
seseorang akan lebih mampu menghadapi kegagalan eksternal ini. Karena dengan
introspeksi dan berjiwa besar maka kita akan dapat menghadapi kekecewaan yang
ada. Sedikit saya berikan penjelasan di sini mengenai "nasib gagal"
yang diberikan Tuhan kepada kita. Mungkin banyak orang yang berpikir mengapa
Tuhan "menghukum" seseorang untuk mengalami kegagalan. Padahal orang
tersebut telah melaksanakan kesempatannya dengan maksimal, tetapi masih tetap
mengalami kegagalan di akhir usahanya. Terkadang manusia tidak tahu mengenai
dampak yang akan ia dapatkan dari suatu kesuksesan yang akan ia peroleh.
Padahal bisa jadi kesuksesan itu akan berakibat buruk bagi dirinya. Misalnya
akan merusak rumah tangganya, atau akan mengganggu kesehatannya. Sehingga Tuhan
memberikan kegagalan sebagai hasil terbaik untuk diri manusia tersebut. Kunci
utama dalam menghadapi kegagalan adalah berjiwa besar. Seseorang haruslah
berjiwa besar dalam menghadapi kegagalan internal ataupun eksternal. Khususnya
kegagalan internal, seseorang haruslah berani untuk mengakui kesalahan atau
kelalaian yang telah ia perbuat. Tetapi kebanyakan orang biasanya lebih senang
untuk mencari alasan atau kambing hitam atas kegagalan yang ia hadapi, sehingga
orang seperti ini tidak akan pernah bisa belajar dari kegagalan yang ia alami.
Selain berjiwa besar, seseorang juga memiliki suatu kemampuan untuk menghadapi
permasalahan atau kegagalan yang ia alami. Kemampuan ini lebih dikenal sebagai
Adversity Quotient (AQ). Memang AQ ini lebih banyak berkembang di masa kecil
seseorang, di masa orang tua sangat berperan dalam hal memupuk dan
mengembangkan kemampuan AQ anak. Tetapi bukan berarti seseorang yang memiliki
kemampuan AQ yang kurang baik tidak akan dapat menghadapi kegagalan yang ia alami.
Ada beberapa hal yang dapat membantu seseorang untuk tegar dalam menghadapi kegagalan
yang ia alami sekaligus meningkatkan kemampuan AQ yang ia miliki. Berikut ini
adalah beberapa langkah sederhana yang dapat kita lakukan pada saat kita
menghadapi kegagalan:
1.
Pasrah kepada Tuhan
"Segala hasil
dari perbuatan, tindakan dan usaha yang kita lakukan, adalah merupakan Hak dan
Wewenang Tuhan untuk menentukannya. Kita sebagai manusia hanya bisa berusaha
semaksimal mungkin." Jika kita dapat memahami dan mengamalkan kalimat di
atas, maka kita akan lebih mudah dalam menghadapi suatu kegagalan. Kemampuan
seseorang untuk berserah diri kepada nasib ini juga akan sangat membantu dalam
menanggulangi efek buruk yang mungkin timbul akibat kegagalan. Suatu kegagalan
yang tidak dapat dilalui dengan baik akan membekas di dalam pikiran bawah sadar
seseorang. Pikiran bawah sadar mempunyai kemampuan menimbang-nimbang setiap
masukan informasi dari pikiran sadar, kemudian dicocokkan dengan arsip yang ada
pada pikiran bawah sadar yang ada hubungannya dengan kejadian yang sama di masa
lalu. Jika tanggapan pikiran bawah sadar adalah negatif, maka pikiran bawah
sadar akan mengirimkan reaksi negatif kepada pikiran sadar, dan selanjutnya
pikiran sadar tanpa dapat dikontrol akan melakukan reaksi emosional, berupa
marah, benci, takut, iri, kikir, sedih, dan lain-lain. Apabila seseorang dapat
melepaskan atau release kegagalan yang ia alami kepada nasib Tuhan, maka
pikiran bawah sadar orang tersebut tidak akan menyimpannya sebagai sesuatu yang
negatif.
2.
Ambil Hikmah
"Pengalaman
adalah guru terbaik. Baik itu kegagalan ataupun kesuksesan." Hal ini
mengandung arti bahwa dari semua kegagalan yang kita hadapi, kita harus tetap
berpikiran positif, dan harus dapat mengambil pelajaran dari kegagalan
tersebut. Kita harus sadar bahwa risiko dari semua tindakan yang kita lakukan
adalah sukses atau gagal. Walaupun banyak pelajaran yang dapat diambil dari
tiap kegagalan. Tetapi justru banyak orang yang tidak mau mengembalikan
kegagalan yang ia alami ke diri mereka sendiri. Mereka justru mengalihkan atau
mengambinghitamkan kegagalan tersebut kepada orang lain. Hal inilah yang harus
dapat kita hindari. Karena jika tetap mengambinghitamkan kegagalan kepada orang
lain, kita tidak akan pernah dapat mengambil pelajaran dari kegagalan tersebut.
3.
Istirahat
Tiap kegagalan tentu
akan memancing emosi seseorang. Seperti marah, sedih, iri dan lain sebagainya.
Tentu saja efek emosional ini akan mengganggu aktivitas yang akan kita lakukan.
Oleh sebab itu ada baiknya apabila kita mengambil istirahat sejenak ketika
mengalami kegagalan. Istirahat ini akan memberikan waktu pada diri kita untuk
dapat menghindari efek emosional yang mungkin timbul.
Panjang waktu
istirahat yang dibutuhkan tergantung pada intensitas beban dari kegagalan yang
kita hadapi. Untuk kegagalan ringan, mungkin kita hanya cukup untuk berwudlu
dan melakukan sholat (bagi orang Muslim). Tetapi jika sebuah kegagalan besar,
mungkin istirahat yang dibutuhkan berupa liburan dan rekreasi.
4. Bertanya dan
Evaluasi
Apabila pikiran kita
telah kembali jernih, maka kita harus dapat mengidentifikasi penyebab dari
kegagalan yang kita alami. Banyak cara yang dapat kita lakukan, dapat dengan
merenung sendiri, atau bertanya kepada teman, orang tua, guru, atau bahkan
kepada rival kita. Setelah kita tahu apa penyebab dari kegagalan yang didahapi,
maka kita dapat menyusun sebuah peta kekuatan baru mengenai kelemahan dan
kekuatan yang dimiliki, guna memulai sebuah kesempatan baru.
5. Memulai kegiatan
baru
Memulai suatu
kegiatan baru, merupakan salah satu solusi agar seseorang tidak larut di dalam
kegagalan. Pada saat memulai suatu kesempatan baru, kita haruslah benar-benar
siap untuk melakukan hal-hal terbaik yang dapat dilakukan. Tetapi kita juga
harus menyadari dari awal, seluruh kegiatan yang kita mulai dapat berakhir pada
kesuksesan ataupun kegagalan. Dan janganlah lupa untuk menggunakan peta
kekuatan baru yang kita miliki. Ada dua kesempatan yang dapat kita lakukan.
Pertama adalah tujuan baru dengan cara lama atau tujuan lama dengan cara baru.
Kedua, tujuan baru dengan cara yang baru.
( Catatan ringan
kang Bondan, kisah sukses seorang HAKIM HALIM )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar